Nilai buku merupakan salah satu indikator keuangan penting dalam menilai kesehatan keuangan perusahaan. Nilai buku aktiva atau nilai buku aset adalah nilai tercatat dari suatu aset di dalam neraca perusahaan, yang mencerminkan biaya perolehan asli aset tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan, amortisasi, atau deplesi yang telah dialokasikan selama masa penggunaannya. Nilai buku aset ini sering digunakan untuk tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan untuk menunjukkan nilai aset berdasarkan pencatatan akuntansi. Pada artikel ini akan dijelaskan mengenai rumus dan contoh perhitungan dari nilai buku aktiva beserta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Daftar Isi Konten
ToggleRumus dan Cara Menghitung Nilai Buku Aktiva
Berikut ini rumus yang dapat Anda gunakan untuk menghitung nilai buku aset:
Nilai Buku Aktiva = Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan
Dimana:
- Harga Perolehan: Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli atau memperoleh aset tersebut.
- Akumulasi Penyusutan: Nilai penyusutan atau depresiasi aset yang telah dihitung dan diakumulasikan selama periode tertentu.
Contoh Perhitungan Nilai Buku Aktiva
Misalkan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur membeli mesin produksi dengan harga Rp 100 juta pada tahun 2020. Masa manfaat mesin tersebut diperkirakan 5 tahun, dan metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. Maka nilai buku aktiva perusahaan tersebut yaitu:
Penyusutan Tahunan:
Rp 100 juta (Harga Perolehan) / 5 tahun (Masa Manfaat) = Rp 20 juta/tahun
Akumulasi Penyusutan:
Tahun 2021: Rp 20 juta/tahun x 1 tahun = Rp 20 juta
Tahun 2022: Rp 20 juta/tahun x 2 tahun = Rp 40 juta
Nilai Buku Aktiva:
Tahun 2021: Rp 100 juta (Harga Perolehan) – Rp 20 juta (Akumulasi Penyusutan) = Rp 80 juta
Tahun 2022: Rp 100 juta (Harga Perolehan) – Rp 40 juta (Akumulasi Penyusutan) = Rp 60 juta
Tahun 2023: Rp 100 juta (Harga Perolehan) – Rp 60 juta (Akumulasi Penyusutan) = Rp 40 juta
Tahun 2024: Rp 100 juta (Harga Perolehan) – Rp 80 juta (Akumulasi Penyusutan) = Rp 20 juta
Tahun 2025: Rp 100 juta (Harga Perolehan) – Rp 100 juta (Akumulasi Penyusutan) = Rp 0
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Buku Aktiva
Nilai buku aktiva dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu:
1. Harga Perolehan Aset
Harga perolehan aset merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli atau memperoleh aset tersebut. Semakin tinggi harga perolehan aset maka akan semakin tinggi pula nilai bukunya. Hal ini dikarenakan harga perolehan mencerminkan nilai awal aset pada saat pembelian.
2. Masa Manfaat Aset
Masa manfaat aset adalah perkiraan periode waktu di mana aset tersebut dapat digunakan secara produktif oleh perusahaan. Semakin panjang masa manfaat yang dimiliki oleh sebuah aset, maka semakin lambat nilai bukunya menurun. Hal ini dikarenakan penyusutan yang dibebankan pada aset tersebut setiap tahunnya menjadi lebih kecil.
3. Metode Penyusutan
Metode penyusutan/depresiasi yang digunakan untuk menghitung nilai buku aset dapat memengaruhi nilainya. Terdapat berbagai metode penyusutan yang umum digunakan, seperti metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi. Masing-masing metode memiliki cara perhitungan yang berbeda dan menghasilkan nilai buku yang berbeda pula.
4. Kondisi Aset
Kondisi aset yang terawat baik akan menghasilkan nilai buku aset yang lebih tinggi dibandingkan dengan aset yang terbengkalai. Hal ini dikarenakan aset yang terawat baik memiliki masa manfaat yang lebih panjang dan juga nilai residunya yang lebih tinggi.
5. Faktor Eksternal
Faktor eksternal seperti inflasi dan fluktuasi nilai tukar juga dapat memengaruhi nilai buku aset. Jika terjadi inflasi maka nilai buku aset tetap (seperti tanah dan bangunan) akan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Lalu jika terjadi fluktuasi nilai tukar maka nilai buku aset yang diimpor dari luar negeri dapat berubah-ubah.