Konsultasi Gratis

Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan Bagi Investor

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on telegram
Share on linkedin
Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan

Jika ingin membeli saham di suatu perusahaan, lihat dulu laporan keuangannya. Laporan keuangan perusahaan adalah dokumen pertama yang harus dibaca investor di pasar modal. Oleh karena itu, investor harus tahu cara membaca laporan keuangan emiten (perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia/BEI). Ini hanya pengetahuan dasar.

Selanjutnya menganalisis laporan keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan baik atau tidak dari segi kinerja keuangan, laba rugi, apakah layak membeli saham atau tidak.

Apa Itu Laporan Keuangan?

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan perusahaan untuk periode tertentu. Sebagai aturan, setiap tiga bulan dan setiap tahun, yang diserahkan setelah audit. Dalam laporan keuangan, biasanya terdapat aset (aktiva lancar dan tidak lancar), liabilitas (liabilitas dan ekuitas). Sedangkan total aset adalah liabilitas ditambah ekuitas.

Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan

Cara Membaca Laporan Keuangan Perusahaan Emiten

Contoh laporan keuangan emiten SIDO Triwulan III-2020 di situs resmi BEI

Membaca laporan keuangan perusahaan tidaklah sulit jika ingin mempelajarinya. Investor dapat melihat dan bahkan mengunduh laporan keuangan triwulanan dan tahunan di situs resmi BEI. Metode:

  • Kunjungi https://www.idx.co.id/
  • Dari menu Perusahaan Tercatat > Laporan Keuangan dan Tahunan > pilih Laporan Keuangan > Saham > masukkan kode emiten atau nama perusahaan > pilih Periode dan Tahun > klik Cari.
  • Jika tidak ada, Anda dapat menemukannya di menu “Berita“> “Pengumuman” > masuk ke “Laporan Keuangan (Kode Emiten)“> klik “Cari“.
Baca juga:  Tips Mengoptimalkan Laporan Keuangan untuk Menarik Investor

Berikut cara cepat membaca laporan keuangan perusahaan.

1. Peningkatan laba bersih dan/atau ekuitas

Perusahaan yang bagus, laba bersih dan kekayaan bersih terus tumbuh. Baik perusahaan, laba bersih atau laba periode berjalan meningkat. Misalnya, laba bersih per 30 September 2020 meningkat dibandingkan 30 September 2019. Sama halnya dengan modal bersama.

2. Return on equity (ROE) sebesar 15% atau lebih.

ROE adalah tingkat pengembalian investasi. Setiap investasi 1000 rupiah membawa pengembalian bersih minimal 15% per tahun.

ROE adalah indikator paling dasar dari analisis fundamental. Jika ROE bagus, kemungkinan laporan keuangan lainnya juga bagus. Tetapi jika kurang dari 15%, maka perusahaan tersebut tidak menguntungkan. Jadi mengapa membeli saham?

Contoh Perhitungan ROE

Laba SIDO periode 30 September 2020 = Rp640,8 miliar (9 bulan).

Total modal = Rp3,3 triliun
Laba periode berjalan 1 tahun = Rp 854,4 miliar.
ROE = Rp854,4 miliar: Rp3,3 triliun x 100
= 25,8%

Ini berarti bahwa setiap investasi Rp 1.000 di SIDO menghasilkan pengembalian bersih tahunan sekitar Rp 250.

3. Membayar dividen sebesar 30-40% atau lebih dari laba bersih perusahaan tahun berjalan.

Membayar dividen sebesar 30-40%

Data pembayaran atau pembagian dividen disajikan dalam laporan keuangan, terkadang tidak. Investor dapat menemukan informasi ini di Internet.

Lihat jumlah total dividen yang dibagikan. Misalnya, 80% dari laba bersih perusahaan pada 2018 adalah Rp 500 miliar. Tidak hanya melihat dividen tunai interim.

Data dividen ini sangat penting. Ini karena perusahaan dapat menghapus beberapa rupee dari laba bersih, tetapi jika tidak membayar dividen, validitas laba ini dapat dipertanyakan.

Jika pembayaran dividen kurang dari 30-40%, maka itu terlalu kecil. Investor berhak mendapatkan lebih. Namun, jika lebih besar dari angka di atas, itu juga dapat menunjukkan bahwa perusahaan telah matang atau tidak dapat tumbuh lagi.

Akhirnya, keuntungan dibagi dengan investor. Lalu mana yang lebih baik? Carilah perusahaan yang membayar dividen yang tidak terlalu besar atau terlalu kecil.

4. Hutang kecil atau maksimal sama dengan biaya ekuitas

Utang dalam laporan keuangan biasanya disebut sebagai liabilitas. Jadi jangan heran jika utang tidak tertulis di atasnya. Jika nilai liabilitas atau utang melebihi nilai ekuitas, Anda harus berhati-hati.

Namun, tidak semua laporan keuangan harus diringkas dengan cara ini. Karena ada yang menganggap nilai utang sama dengan ekuitas.

5. Hutang berbunga (pinjaman bank, obligasi) kecil

Jumlah hutang dengan bunga rendah untuk menjaga perusahaan lebih sehat

Baca juga:  Biaya Bahan Baku dalam Proses Produksi

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang nilai hutangnya mengandung bunga, seperti hutang bank dan obligasi kecil. Karena jenis hutang ini, pembayaran bunga akan menjadi beban operasional perusahaan, yang akan mengurangi bottom line.

Utang bank berbeda dengan utang korporasi. Jika tidak ada bunga atas hutang bisnis. Misal beli bahan mentah, bayar belakangan. Jumlah pembayaran tetap sama.

6. Saldo laba positif dan angkanya lebih besar dari modal disetor (dan tambahan modal) perusahaan

Dalam laporan keuangan, bagian ekuitas menunjukkan biaya modal disetor dan biaya tambahan modal disetor (jumlah). Lalu ada biaya laba ditahan (jumlah).

Saldo pendapatan harus positif, tidak negatif, dan jika dijumlahkan, nilainya harus lebih besar dari total modal disetor. Itu hanya nama perusahaan yang berjalan dengan baik.

Jika saldo laba yang dicatat negatif, ini berarti perusahaan terus negatif di masa lalu. Jika laba ditahan positif dan nilainya lebih kecil dari total biaya modal disetor, ini berarti tidak baik.

Ada dua kemungkinan. Pertama, laba perusahaan selama ini kecil, sehingga laba ditahan selama perusahaan beroperasi adalah sebagai berikut. Atau, kedua, sebenarnya ada untung besar, tetapi mereka terus membelanjakannya untuk membayar dividen agar ekuitas tidak meningkat.

7. Perputaran Aset Tinggi (Asset Turn Over/ATO)

Perputaran Aset Tinggi (Asset Turn Over_ATO)

Rumusnya adalah nilai penjualan atau pendapatan dibagi dengan nilai total aset perusahaan. Semakin banyak ATO, semakin baik. Carilah saham yang perusahaannya memiliki ATO tinggi.

8. Perputaran Persediaan Tinggi

Rumusnya adalah nilai pendapatan atau penjualan (per tahun) dibagi dengan nilai persediaan. Misalnya, volume penjualan SIDO adalah 2,8 triliun rupee. Nilai cadangannya Rp 300 miliar.

Artinya satu perusahaan bisa menjual sampai 9 kali. Termasuk perusahaan yang perputarannya cepat. Perdagangan berlanjut. Nilai jual lebih besar dari persediaan.

9. Rasio Likuiditas Lancar yang Besar

Rumusnya adalah aset lancar dibagi dengan liabilitas atau liabilitas lancar. Perusahaan yang baik harus memiliki total aktiva lancar yang lebih banyak daripada utang lancar (utang jangka pendek yang jatuh tempo dalam satu tahun).

Jika menunjukkan indikator seperti itu, maka perusahaan tidak memiliki risiko gagal bayar. Namun jika kondisi sebaliknya, maka sangat berbahaya. Bisa jadi perusahaan akan kesulitan membayar utangnya.

10. Laba Bersih Besar

Rumusnya adalah laba bersih dibagi dengan pendapatan atau penjualan. Misal, laba periode berjalan SIDO adalah Rp 578 miliar dibagi nilai penjualan Rp 2,1 triliun selama 9 bulan dikalikan 100%, hasilnya 27%. Dengan penghasilan 1000 rupiah, anda bisa mendapatkan keuntungan bersih 270 rupiah.

Baca juga:  Apa itu Depresiasi? Begini Cara Menghitung Biaya Penyusutan

Tingkat pengembalian yang baik untuk produksi adalah 20%. Sedangkan perusahaan dagang memiliki distribusi barang minimal 10%. Jadi jika perusahaan manufaktur mencetak margin kurang dari 20%, maka ini tidak baik.

11. Idealnya Setelah Laba Usaha Hanya Dikenakan Beban Pajak Sebesar 25% dari Laba Usaha.

Perusahaan yang sahamnya layak dibeli perlu menunjukkan bahwa mereka tidak menanggung terlalu banyak beban. Misalnya, tidak ada beban bunga atas utang. Hanya ada beban pajak (pajak penghasilan) sebesar 25% dari laba operasi sebelum pajak.

Investor harus berhati-hati. Ada perusahaan yang beban pajaknya kurang dari 25% dari laba operasinya. Kemungkinan besar, ini bukan keuntungan nyata. Hanya tertulis di buku.

12. Idealnya, Indikator Total Pendapatan Tidak Berbeda Jauh Dengan Indikator Laba Bersih Tahun Berjalan (periode).

Laba periode dan total pendapatan berbeda. Laba periode atau laba bersih adalah laba yang diterima dari kegiatan perusahaan. Meskipun jumlahnya nyata dan ada juga yang tidak.

Sedangkan pendapatan total adalah pendapatan atau beban atas hutang yang tidak ada hubungannya dengan operasional perusahaan. Contoh liabilitas imbalan kerja. Artinya, utang perusahaan kepada karyawan, yang akan dibayarkan pada saat karyawan tersebut pensiun.

Uang itu ditempatkan misalnya di perusahaan dana pensiun agar bisa dirotasi. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari perputaran modal. Mereka tetap harus dimasukkan dalam laporan keuangan.

13. Laporan Arus Kas Tidak Jauh Berbeda Dengan Laporan Laba Rugi.

Lihat bagian Arus Kas dari Aktivitas Operasi, lalu bandingkan dengan beban pokok penjualan atau pendapatan dan laba untuk periode tersebut.

Misal seperti SIDO. Biaya adopsi dari pelanggan dengan nilai jual hanya sedikit berbeda. Demikian pula dengan kas bersih yang diterima dari aktivitas operasi, dengan laba periode berjalan. Maknanya pun tidak jauh berbeda.

Jika angkanya cocok, itu tidak mungkin. Namun Anda perlu berhati-hati jika ternyata nilainya sangat berbeda. Artinya pendapatan hanya pembukuan, bukan uang.

14. Neraca “Bersih” dan Sederhana. Demikian juga, Laporan Laba Rugi

Perhatikan laporan keuangan, sederhana, tidak rumit atau kompleks di bagian aset, ekuitas, kewajiban atau utang, dan lain-lain.

15. Untuk Laporan Keuangan Akhir Tahun, Hasil Audit Tidak Bersyarat.

Contoh opini kredibel dalam laporan keuangan emiten SIDO 2019 melalui situs resmi BEI Ini juga penting bagi investor. Lihat laporan keuangan akhir tahun yang telah diaudit. Ada di halaman depan, ada laporan auditor.

Baca saja di akhir dengan subjudul “OPINI”. Ia mengatakan “Tentu”. Sebagian besar perusahaan hampir pasti mendapatkan gelar “Pelaporan Keuangan Tanpa Pengecualian”.

Namun, ada perusahaan yang opini publiknya tidak seperti itu. Ditulis secara normal, tetapi ada aksen atau catatan di beberapa hal. Ini harus dijajaki oleh investor ke depan.

Hasil audit bukan merupakan jaminan pelaporan keuangan perusahaan yang baik. Mengapa ada laporan keuangan yang disusun dan harus disajikan kembali.

Namun, jika laporan keuangan berisi opini wajar tanpa pengecualian sejak awal, risikonya lebih kecil daripada opini wajar tanpa pengecualian.

Terus Giat Belajar Membaca Laporan Keuangan

Jika Anda ingin berinvestasi dengan sukses dan menghasilkan keuntungan besar, Anda harus memiliki totalitas yang tidak terbatas. Mengembangkan pembacaan laporan keuangan perusahaan.

Tidak hanya laporan keuangan terbaru, tetapi juga yang sebelumnya. Contoh laporan keuangan pertama setelah IPO di BEI, laporan keuangan 5 atau 10 tahun lalu.

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on telegram
Share on linkedin
Ahmad Yani
Ahmad Yani

CEO at Szeto Accurate Consultants | Accounting Service | Digital Business Transformation | Business Integrator | System Integrator

Artikel Terkait

Saatnya mengalihkan perhatian ke arah pertumbuhan bisnis Anda

Izinkan kami mempercepat dan mengotomatisasi proses akuntansi serta keuangan bisnis, memastikan Anda terus berkembang dengan keyakinan penuh.